Sekularisme Mengikis Naluri Keibuan

Daftar Isi

Islam menempatkan peran ibu sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya

Naluri keibuan adalah insting alami seorang perempuan untuk merawat, melindungi, dan membimbing anak-anaknya


Penulis Fitriani Teta

Aktivis Dakwah


Siddiq-news.com, OPINI -- Kasus kekerasan seksual yang melibatkan anak di bawah umur kembali menggemparkan publik. Kali ini, sorotan tertuju pada kasus yang terjadi di Sumenep, di mana seorang ibu tega menyerahkan anaknya sendiri untuk diperkosa oleh kepala sekolah. Peristiwa ini bukan hanya mengungkap sisi gelap dari kejahatan seksual, tetapi juga menguak permasalahan sosial yang lebih kompleks di masyarakat. 

Dilansir dari Kumparan.News seorang remaja perempuan di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. Ia dicabuli kepala sekolahnya berinisial J (41) yang juga seorang PNS. Mirisnya, pencabulan ini disetujui dan diketahui ibu kandungnya yang juga seorang PNS berinisial E. Ibu korban menyetujui pencabulan itu dengan alasan untuk ritual penyucian diri. Tak dijelaskan ritual apa yang mereka jalani. Pencabulan itu bukan hanya sekali. Ibunya kerap mengantarkan korban ke kepala sekolah. Bahkan, korban juga pernah diperkosa dan dicabuli di salah satu hotel. Pelaku berinisial J mengakui bahwa telah melakukan pencabulan terhadap korban sebanyak 5 kali. Astagfirullah aladziim

Matinya naluri keibuan dalam kasus ini menjadi sorotan tajam, mengungkap sisi gelap dari masyarakat kita yang makin kompleks. Islam menempatkan peran ibu sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Naluri keibuan adalah insting alami seorang perempuan untuk merawat, melindungi, dan membimbing anak-anaknya. Ini mencakup kasih sayang, perhatian, pengorbanan, dan dorongan untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. 

Dengan asas sekularismenya yang memisahkan agama dari kehidupan, nilai-nilai moral dan agama telah mencabut naluri ibu secara fitrahnya. Seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, tempat mereka belajar tentang akhlak, moral, dan nilai-nilai agama. Ibu yang tega menyerahkan anaknya sendiri menunjukkan tingkat individualisme yang ekstrem. Tindakan yang seharusnya dianggap keji dan tidak bermoral, justru dianggap sebagai hal yang biasa atau bahkan dibenarkan dengan alasan tertentu. 

Adanya norma sosial yang menyimpang, seperti praktik-praktik mistis atau kepercayaan yang tidak rasional, dapat menjadi pemicu terjadinya tindakan kekerasan seksual. Inilah buah dari pengaruh sistem sekularisme. Manusia mengambil aturan berdasarkan hawa nafsu mereka sendiri padahal sistem Islam sudah menunjukkan bahwa Al-Qur'an sebagai rules hidup yang sudah Pencipta tentukan agar manusia berjalan di muka bumi ini sesuai aturan-Nya.

Sistem Islam menjadikan akidah Islam sebagai asas, wahyu Allah sebagai pijakannya, serta memiliki aturan yang sangat rinci dan sempurna. Islam memiliki hukum yang sangat tegas terkait perlindungan terhadap anak-anak.

Hukum hudud adalah hukum pidana Islam yang mengatur beberapa jenis kejahatan tertentu, termasuk zina dan pelecehan seksual. Pelaku kejahatan ini akan dikenai sanksi yang berat sesuai dengan ketentuan syariat. Hal ini menimbulkan efek jera dan memutus tali kemaksiatan yang akan terjadi dikemudian hari. Islam juga memberikan perhatian yang besar terhadap hak-hak anak, termasuk hak untuk hidup, tumbuh kembang dengan baik, dan terhindar dari segala bentuk kekerasan. Bagi orang tua, Islam memberikan wasilah berupa tanggung jawab yang besar dalam mendidik dan melindungi anak-anaknya. Bukan mengedepankan hawa nafsu, tergiur oleh iming-iming materi atau keuntungan lainnya melakukan segala cara untuk mencapai tujuan, termasuk mengorbankan orang lain bahkan anaknya sendiri. 

Anak adalah amanah yang sudah Allah titipkan kepada dua insan yang telah berjanji atas akad suci. Sebagaimana amanah merupakan suatu titipan yang harus dijaga dan dilindungi kehormatan maupun kesuciannya. 

Dalam Al-Qur'an Allah Swt. berfirman : 

"Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah." (QS Al-A'raf: 179)

Ayat ini menjadi pengingat bagi kita bahwa tindakan keji seperti itu merupakan bentuk penyimpangan dari fitrah manusia. Pelaku tindakan tersebut telah kehilangan kemanusiaannya dan lebih mirip dengan binatang buas. Nauzubillah.