Pembantaian di Jalur Gaza Tidak Bisa Dihentikan dengan Hanya Mengandalkan KTT Doha

Daftar Isi

Seharusnya para penguasa muslim bergerak mendukung Palestina juga memobilisasi (gerakan) untuk mengakhiri kejahatan, arogansi, serta agresi Zion*s Yahudi

Perang di Gaza telah membuktikan kemalangan terbesar terletak pada para penguasa muslim yang terpecah


Penulis Bunda Hanif 

Pendidik


Siddiq-news.com, SURAT PEMBACA -- Pada Jumat (16-8-2024), KTT yang membahas gencatan senjata di Jalur Gaza yang dilaksanakan di Doha, Qatar, telah selesai. Perundingan yang diadakan selama dua hari ini (15-16 Agustus) dimediasi oleh Mesir, Qatar, dan Amerika. Di dalam perundingan tersebut mereka menyatakan akan terus bekerja dalam beberapa hari mendatang untuk memerinci penerapan proposal gencatan senjata di Jalur Gaza antara Ham*s dan Israel. (Muslimahnews, 28-8-2024)

Sementara itu pemimpin Gerakan Ham*s  Sami Abu Zuhri mengatatakan dalam sebuah pernyataan yang dimuat oleh Kantor Berita Jerman bahwa pendudukan Zion*s terus menghalangi semua upaya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan menduga kuat pemerintah Amerikalah yang melakukan hal tersebut. 

Menurut Kantor Berita Ideologis di Palestina (21-8-2024), adanya KTT ini tidak menghentikan pambantaian rakyat Palestina di jalur Gaza. Pembantaian dan operasi militer secara brutal terhadap rayat Palestina di jalur Gaza tidak pernah berhenti. Tidak ada satu hari pun tanpa pembantaian. Sudah puluhan orang yang mati syahid dan terluka, bahkan sebelum,sejak dan setelah KTT tersebut diadakan di Doha.

Kantor Berita Ideologis tersebut meyakini bahwa orang-orang Zion*s Yahudi tidak ingin menghentikan perang dan perundingan tersebut tidak lebih dari sekedar hak yang dibebankan kepada mereka oleh Amerika yang coba mereka hindari. 

Amerika yang merupakan musuh umat Islam, tidak punya pilihan selain memberikan tekanan lebih besar pada Gerakan Ham*s dan Mujahidin, kemudian membujuk mereka untuk menerima persyaratan Netanyahu seraya mencoba membungkusnya dalam dokumen perjanjian. 

Perundingan tersebut seolah-olah berada pada satu arah yaitu memaksa Ham*s untuk menerima segala syarat, dan membujuk Zion*s untuk menerima syarat-syarat yang dapat mereka penuhi versi modifikasinya.

Amerika menjadikan para penguasa muslim sebagai boneka untuki menetralisir bangsa dan tentaranya, juga menjadikan mereka sebagai penjaga tahta para penguasa dan kepentingan kolonialisme. 

Seharusnya para penguasa muslim bergerak mendukung Palestina juga memobilisasi (gerakan) untuk mengakhiri kejahatan, arogansi, serta agresi Zion*s Yahudi. Perang di Gaza telah membuktikan bahwa kemalangan terbesar terletak pada para penguasa muslim yang terpecah. Mereka menjadi pendukung Amerika dan entitas Zion*s dan penipu bagi bangsa, rakyat dan para mujahidin. Mereka hanya sebagai pengamat dari dekat atau dari jauh yang menghitung korban tewas dan kerugian, lalu menyiarkannya dan membuat kegaduhan di sekitarnya. Bahkan mayoritas umat hanya terdiam. Hening bagai kuburan. 

Kondisi inilah yang menyebabkan penderitaan, pembunuhan dan kelaparan yang terus terjadi di Jalur Gaza. Saat ini umat hanya menyaksikan orang-orang Zion*s, Barat dan Amerika yang terus melakukan pembantaian terhadap rakyat Palestina, membunuh orang tua, wanita dan anak-anak, menghancurkan rumah dan kota mereka. Entah sampai kapan ini terjadi, apakah harus menunggu sampai Zion*s dan Amerika mencapai tujuannya?

Semestinya umat tidak tinggal diam menyaksikan ini semua. KTT dan segala macam bentuk perundingan tidak akan pernah bisa menghentikan kekejaman Zion*s. Sudah saatnya muslim bersatu, bergerak, bekerja bersama dengan kelompok dakwah ideologis internasional untuk menggulingkan tahta para penguasa dan mengangkat seorang khalifah bagi umat Islam. Hanya khalifah yang mampu mempersatukan bangsa dan menggerakkan pasukannya menuju Palestina sebelum semuanya hancur. Wallahualam bissawab. []