Matinya Naluri Seorang Ibu

Daftar Isi

Seperti inilah kondisi seorang ibu pada sistem rusak yang selama ini terlihat

Tidak siap mental, tidak memiliki ilmu, hanya sebatas panggilan "Ibu" saja


Oleh. Fajrina Laeli, S.M

Kontributor Media Siddiq-News


Siddiq-news.com, OPINI-Pilu, sedih, dan miris. Itulah keadaan yang dialami oleh remaja perempuan di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. Ibunya dengan tega dan sadar mengantarkan anaknya ke kepala sekolah berinisial J (41) yang juga seorang PNS untuk dicabuli. Ya, aksi ini diinisiasi oleh ibu kandungnya sendiri.

Kasus ini baru terungkap saat ayah korban mengetahuinya. Ibu korban mengakui, alasan pencabulan adalah untuk ritual penyucian diri. Namun, tidak menjelaskan ritual seperti apa yang sedang dijalani.

Parahnya lagi, pencabulan remaja berumur 13 tahun ini bukan hanya terjadi sekali melainkan sudah berulang kali. Korban bahkan pernah diperkosa dan dicabuli di salah satu hotel sebanyak tiga kali. (kumparan.com, 1/9/2024)

Mendalami kasus tersebut, Anggota Resmob Polres Sumenep melakukan interogasi terhadap pelaku. Hasilnya, pelaku mengakui bahwa telah melakukan pencabulan terhadap korban sebanyak lima kali.

Kasus ini adalah secuil gambaran dari rusaknya peran orang tua bagi anak di sistem hari ini. Di sisi lain, masih sangat banyak permasalahan di luar nalar lainnya yang mungkin belum tercium media.

Padahal dalam Islam, hukum asal seorang perempuan adalah menjadi ibu dan pengatur rumah suaminya. Ibu yang seharusnya menjadi pendidik utama dan pertama bagi anak, sebaliknya malah melakukan hal keji luar biasa.

Kasus ini menunjukan bagaimana naluri dan peran seorang ibu telah mati dibunuh oleh keadaan. Tentunya ada yang salah dari perilaku ini, ada yang salah dari banyaknya daftar panjang kasus orang tua menzalimi anak. Maka ada yang salah pula dari pengaturan dari negara ini, karena makin hari kasus di luar akal sehat terus-menerus terjadi.

Gambaran ini adalah bukti gagalnya sistem yang diterapkan oleh negara, khususnya dalam hal cara pandang kehidupan atas wanita dan pendidikan. Pada sistem hari ini, materi dijadikan tujuan kehidupan. Tidak dapat dimungkiri, bahwa ekonomi masyarakat saat ini memang membutuhkan banyak uang untuk bertahan hidup.

Inilah yang membuat kaum wanita tergerus nalurinya sebagai seorang ibu. Perempuan seolah ditakuti oleh serangkaian kasus KDRT yang terjadi. Kaum perempuan pun lebih memilih menjadi wanita berkarir daripada menjadi ibu yang didukung penuh juga oleh negara itu sendiri.

Jelas penyebabnya adalah berbagai kebijakan buatan manusia yang hanya fokus pada manfaat dan keuntungan bagi segelintir orang saja. Namun, mengabaikan kebutuhan seluruh rakyat sehingga menjadikan individu berjarak dengan Sang Penciptanya sendiri.

Sistem rusak saat ini tidak pernah serius mengurusi umat sehingga umat berlomba-lomba bertahan hidup di tengah sengkarut dunia, termasuk dalam hal akal, akidah, dan ilmu. Rakyat dituntut untuk mencari tahu dan bertanggung jawab sendiri atas hidupnya tanpa arah dari negara, termasuk wanita.

Tidak heran, perilaku manusia di masa sekarang beragam dan macam-macam kejahatannya. Para elite politik terlalu sibuk berebut bangku kekuasan dan menggemukan kantongnya sendiri sehingga lalai akan permasalahan rakyat. Negara tidak pernah memupuk rasa keibuan dalam naluri seorang wanita. Alhasil, seperti inilah kondisi seorang ibu pada sistem rusak yang selama ini terlihat. Tidak siap mental, tidak memiliki ilmu, hanya sebatas panggilan "Ibu" saja.

Alhasil, gambaran keluarga harmonis tidak akan didapat dalam sistem yang rusak ini, apalagi dibarengi dengan berbagai kisah pilu soal ekonomi, pendidikan, perselingkuhan, zina, dan sebagainya yang menjadikan keluarga di sistem sekarang menjadi sakit dan rapuh. Sebab, negara terbukti gagal membentuk pertahanan keutuhan rumah tangga.

Padahal dalam Islam, Allah Swt. telah mengatur dan membagi dengan apik peran laki-laki dan perempuan. Seorang wanita akan ditanamkan bahwa dirinya kelak akan menjadi seorang ibu dan diberi pendidikan yang layak untuk menjadi madrasah pertama bagi anaknya kelak.

Kestabilan ekonomi dalam sistem Islam niscaya akan didapat, karena tidak akan ada lagi penguasa tamak yang hanya memikirkan materi saja. Kestabilan ekonomi niscaya tidak akan membuat negara mendorong wanita menjadi berdaya guna untuk bekerja.

Dari sini, naluri seorang ibu akan tumbuh subur dalam menyayangi anaknya. Ibu tidak lagi dipusingkan dalam hal keuangan, sebaliknya fokus membentuk karakter anak berkepribadian islami sebagai tombak peradaban.

Dengan aturan dari Allah Swt., perilaku manusia akan memiliki rem sehingga tidak akan lagi dijumpai seorang ibu yang tega mengantarkan anak untuk dicabuli. Tidak akan ada lagi pelaku pencabulan anak di bawah umur seperti kasus yang terjadi di Sumenep. Sebab, manusia tidak lagi memenangkan nafsu belaka, tetapi halal dan haram yang menjadi tolok ukurnya. Akal pun akan dipakai dengan sempurna.

Sungguh, hanya Islam yang dapat mengembalikan matinya naluri seorang ibu di sistem hari ini. Hanya dengan Islam, kasih sayang akan tumbuh subur dalam keluarga. Sehingga ketahanan keluarga menjadi kuat dengan pondasi iman dan takwa. Wallahualam bissawab. []