Kerusakan Struktur Keluarga, Akibat Sistem Sekuler

Daftar Isi

Barat telah melakukan berbagai upaya untuk merusak keluarga muslim dengan menanamkan nilai-nilai sekularisme

Mereka memulai dengan serangan pemikiran yang mengubah pola hubungan, termasuk hubungan dalam keluarga yang kini hanya diukur dengan materi


Penulis Ratih Fitriandani

Aktivis Dakwah Muslimah


Siddiq-news.com, ANALISIS --Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Idealnya, keluarga menjadi tempat di mana kasih sayang tumbuh di antara semua anggotanya. Orang tua, ayah dan ibu, berperan sebagai pelindung terbaik bagi anak-anak mereka, sementara anak-anak menjadi sosok yang penuh cinta dan hormat kepada kedua orang tuanya. Namun, sistem negara saat ini, telah merusak semua itu. Bukan hanya membuat hubungan dalam keluarga menjadi retak dan tidak harmonis, tetapi sistem yang juga menghancurkan ikatan antaranggota keluarga. Orang tua bisa berubah menjadi ancaman bagi anak-anak mereka, dan sebaliknya, anak-anak bisa menjadi ancaman bagi orang tua mereka.

Pada akhir Agustus ini kita dikejutkan dengan berita pembunuhan ibu tiri terhadap anak tirinya. Dilansir dari PONTIANAK - Polisi melakukan prarekonstruksi kasus pembunuhan Nizam Ahmad Alfahri (6), oleh ibu tirinya, IF (24) di sebuah rumah kawasan Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu siang (24/8/2024).

Korban yang sempat dilaporkan hilang ditemukan dalam kondisi mengenaskan terbungkus dalam karung pada Kamis malam (22/8/2024). Polisi yang mendapatkan laporan itu langsung melakukan olah TKP di salah satu rumah yang menjadi lokasi ditemukannya korban. Sebelumnya, bocah malang ini dikabarkan hilang sejak pekan lalu. Wadireskrimum Polda Kalbar, AKBP Harry Yuda Siregar menjelaskan, pelaku menjalani 67 adegan di dalam rumah. Hasilnya terungkap bahwa korban sempat dikurung di ruangan belakang rumah dan tidak diberi makan oleh pelaku.

Kehidupan sekuler telah membawa dampak negatif pada institusi keluarga, karena sekularisme menjauhkan manusia dari nilai-nilai agama. Akibatnya, mereka kehilangan tujuan hidup, tidak lagi memahami makna penciptaan dan peran mereka di dunia. Jarak yang makin jauh dari agama membuat emosi mudah terpancing, yang sering kali berujung pada perilaku impulsif. Tanpa iman dan ketakwaan, manusia cenderung dikuasai oleh hawa nafsu dan merasa bebas bertindak tanpa mempertimbangkan akibatnya. Kehilangan agama sebagai pedoman hidup juga menyebabkan hubungan antarmanusia menjadi rusak dan penuh masalah.

Sistem sekuler kapitalisme hanya melihat kehidupan sebagai ajang untuk mengejar materi. Akibatnya, kepuasan fisik sering kali mengesampingkan kasih sayang, dan konsep untung rugi menjadi satu-satunya dasar hubungan antarmanusia. Hal ini menyebabkan hancurnya keluarga muslim karena mereka makin jauh dari agamanya.

Kehancuran keluarga muslim bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja. Keadaan ini merupakan hasil dari upaya untuk melemahkan kekuatan umat dengan menyerang benteng terakhirnya, yaitu keluarga. Barat sangat memahami bahwa setelah runtuhnya khilafah, keluarga adalah kekuatan terakhir umat.

Barat telah melakukan berbagai upaya untuk merusak keluarga muslim dengan menanamkan nilai-nilai sekularisme. Mereka memulai dengan serangan pemikiran yang mengubah pola hubungan, termasuk hubungan dalam keluarga yang kini hanya diukur dengan materi. Orang tua merasa perlu membahagiakan anak-anaknya dengan memberikan materi, dan sebagai balasannya, anak-anak dianggap berbakti dengan memberikan materi sebanyak-banyaknya di masa tua orang tua mereka.

Selain mengubah pola hubungan, sistem sekuler kapitalisme juga memperparah kehancuran keluarga muslim melalui hedonisme, konsumerisme, dan kesetaraan gender. Gaya hidup hedonis dan konsumtif menciptakan tekanan untuk menjaga stabilitas ekonomi keluarga, sehingga banyak ibu rela meninggalkan anak-anaknya demi mendapatkan penghasilan tambahan untuk keluarga.

Kesetaraan gender yang diperjuangkan oleh para feminis juga telah membuat banyak ibu tidak merasa bersalah ketika meninggalkan anak-anak mereka untuk bekerja. Ketika pendapatan mereka lebih besar daripada suami, mereka merasa tidak perlu lagi menaati suaminya. Ibu-ibu ini dipaksa untuk memfokuskan perhatian mereka pada ranah publik dan mengabaikan tanggung jawab domestik, termasuk dalam hal pengasuhan anak.

Inilah contoh-contoh nyata bagaimana sekularisme tertanam kuat di tengah-tengah umat dari berbagai aspek (politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, hukum, dan pemerintahan). Oleh karena itu, kaum muslim harus menyadari bahwa ada upaya sistematis untuk menghancurkan keluarga muslim, yang hanya bisa dicegah dengan kebangkitan pemikiran umat terkait hal ini.

Berbeda dengan sekularisme, Islam mengarahkan umat untuk makin dekat dengan agamanya. Tanpa agama, manusia akan tersesat dalam kehidupan. Agama berperan sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Dengan pemahaman agama, seseorang akan memahami hakikat kehidupan sebagai hamba yang memiliki tugas utama di dunia, yaitu beribadah kepada Penciptanya.

Memahami bahwa tujuan penciptaan adalah untuk beribadah kepada Allah Ta'ala akan mendorong seorang muslim untuk terus beramal saleh. Keimanan yang kokoh akan menghasilkan manusia yang penuh ketakwaan dan kasih sayang. Para ayah dan ibu akan menyayangi anak-anaknya dengan tulus, dan sebaliknya, anak-anak akan memberikan bakti kepada orang tua mereka.

Negara dalam Islam juga berperan dalam memastikan keimanan dan ketakwaan tumbuh kuat di kalangan umat Muslim. Ini menjadi solusi mendasar bagi berbagai persoalan sosial, termasuk kriminalitas. Bangunan keluarga akan menjadi kokoh, dengan setiap anggota memahami hak dan kewajiban mereka. Negara juga akan menjaga fungsi dan peran keluarga agar selaras dengan syariat.

Negara akan melindungi umat dari pengaruh paham sekuler kapitalis seperti materialisme, hedonisme, dan kesetaraan gender. Sebaliknya, negara akan mengajarkan pentingnya hidup sederhana dan berfokus pada amal saleh sebagai bekal di akhirat.

Peran negara dalam Islam (khilafah) untuk mewujudkan hal tersebut meliputi beberapa aspek. Pertama, sistem pendidikan akan didasarkan pada akidah Islam. Anak-anak harus memahami agama mereka terlebih dahulu agar dapat menjalani kehidupan dengan benar. Dengan pemahaman ini, mereka akan termotivasi belajar dengan dasar ruhiyah, yang akan memperkuat kepribadian Islam mereka. Selain itu, mereka akan terdorong untuk terus belajar demi berkontribusi pada kemaslahatan umat.

Kedua, sistem ekonomi dalam khilafah akan memastikan kesejahteraan rakyat. Para ayah akan lebih mudah mencari nafkah, sementara para ibu dapat fokus pada peran mereka sebagai ummun wa robbatul bait (ibu dan pengelola rumah tangga). Dengan demikian, anak-anak akan mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang optimal dari ibu mereka.

Ketiga, sistem sanksi dalam Islam memiliki sifat yang menjerakan. Islam menerapkan qisas sebagai hukuman bagi pelaku pembunuhan, yaitu pembalasan yang setimpal dengan kejahatan yang dilakukan. Qisas umumnya diterapkan dalam kasus pembunuhan dan penganiayaan, dan dalam pelaksanaannya terdapat jaminan untuk menjaga kehidupan manusia.

Keempat, sistem politik dalam Islam menerapkan syariat Islam secara menyeluruh di dalam pemerintahan, sehingga kebijakan negara selalu selaras dengan syariat. Para pemimpin akan fokus pada upaya untuk meningkatkan ketakwaan rakyat dan memastikan seluruh kebutuhan mereka terpenuhi. Dengan demikian, tidak akan ada lagi tayangan media yang dapat memicu kriminalitas, dan tidak akan ada kebijakan yang mendukung proses sekularisasi.

Sistem sekuler kapitalis telah terbukti menjadi akar penyebab runtuhnya institusi keluarga. Hanya khilafah yang dapat menjamin tercapainya maqasid syariah, yaitu terpeliharanya agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Hubungan antarmanusia akan menjadi harmonis, baik di dalam keluarga maupun di masyarakat. Dengan izin Allah Swt., peradaban umat manusia akan kembali meraih kejayaannya di bawah naungan daulah Khilafah islamiah. Wallahualam bissawab. []