Kapitalisme Merenggut Naluri Ibu

Daftar Isi

Saat kondisi keimanan yang rendah ditambah tuntutan kehidupan yang makin sulit dikarenakan biaya hidup yang tinggi

Kondisi ini bisa dengan mudah menjadi pemicu bagi seorang ibu untuk melakukan tindakan kejahatan


Penulis Asriyanti, S.Si

Pegiat Literasi 


Siddiq-news.com, OPINI -- Berita tentang seorang ibu rumah tangga yang ditangkap karena sengaja menjual bayinya seharga Rp20 juta melalui perantara, di Jalan Kuningan, Kecamatan Medan Area, Kota Medan, Sumatera Utara. Kejadian itu berlangsung pada Selasa, 6 Agustus 2024. Meskipun akhirnya transaksi penjualan dibatalkan setelah pihak kepolisian Resor berhasil meringkus pelaku termasuk pihak pembeli bayi. Terungkapnya kasus jual beli bayi ini berawal dari adanya informasi masyarakat ke pihak Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polrestabes Medan (Kompas, 06/08/2024). Kasus penjualan anak ini kembali menambah deretan daftar kejahatan yang dilakukan oleh ibu kepada anaknya. Sebelumnya masyarakat telah dibuat miris dengan kasus serupa yang di mana seorang ibu tega menjual bayinya seharga Rp11 juta melalui kanal media sosial.

Dari banyaknya kasus yang terjadi seharusnya kasus jual beli anak kembali menjadi alarm bahwa adanya persoalan besar yang menimpa kaum ibu. Berbagai macam motif yang ada di balik peristiwa kejahatan itu seolah menggambarkan pula betapa kompleks persoalan hidup para kaum ibu saat ini. Ada yang didorong atas tekanan ekonomi, kesehatan mental dan minimnya pengetahuan terkait pengasuhan anak. Dalam hal ini sekalipun peristiwa itu didalangi oleh seorang ibu, tetapi pada dasarnya berbagai pihak juga bisa menjadi pemicu atas terjadinya tindakan kejahatan tersebut. Dari kasus yang ada di Medan misalnya, menurut pengakuan yang diberikan oleh pelaku kepada pihak kepolisian, motif ibunya menjual bayinya atas dasar ekonomi sementara pihak si pembeli mengaku karena yang bersangkutan belum memiliki anak dan akhirnya berniat untuk membeli bayi tersebut untuk dia besarkan sendiri. 

Sudah seharusnya kita mulai mencermati kembali apa yang menjadi penyebab utama sehingga tindakan kejahatan oleh para kaum ibu terus terjadi bahkan trennya cenderung makin meningkat setiap tahunnya. Seolah mereka telah kehilangan nalurinya selaku ibu yang dasarnya memiliki rasa kasih sayang dan keinginan untuk melindungi anak-anaknya. Berbagai jenis tindakan kejahatan terhadap ibu mulai dari menyakiti, mengeksploitasi, menjual bahkan hingga beberapa ibu yang tega membunuh anaknya. Semua itu hakikatnya mengingkari fitrah dan akal sehatnya sendiri. Di mana seorang anak seharusnya menjadi sebuah anugerah bagi tiap orang tua terlebih lagi bagi seorang ibu, namun ternyata bisa juga direlakan untuk dijual kepada orang lain semata-mata karena tekanan ekonomi. Tentu fenomena ini tidak terjadi secara kebetulan saja. Hilangnya naluri keibuan dari para pelaku tentu bukanlah kesalahan mereka semata. Ada penyebab yang pasti di balik semua kejadian. Sebagaimana alasan beberapa ibu yang tega menjual anaknya dengan motif ekonomi. Maka kejadian ini menunjukkan betapa beratnya beban ekonomi yang saat ini dihadapi oleh masyarakat hingga bisa menghilangkan naluri kasih sayang ibu pada anak-anaknya.

Banyaknya kasus yang terjadi adalah dampak dari kondisi kehidupan saat ini. Tatkala sistem sekuler menjadi pijakan dalam mengelola negara maka segala bentuk kebijakan politik yang dikeluarkan oleh penguasa tidak lagi bersandar kepada agama. Termasuk negara tidak mengupayakan penanaman ketakwaan dalam diri rakyatnya. Justru memberikan kebebasan dalam bertindak. Dari sistem kehidupan ini kemudian melahirkan sistem kapitalisme yang menjadikan penguasa juga menerapkan sistem ekonomi kapitalis di mana hal itu meniscayakan kekayaan hanya akan dinikmati oleh kalangan tertentu yang memiliki kuasa sedangkan bagi masyarakat miskin hanya akan makin miskin. Tentu hal ini sangat berpengaruh, di saat kondisi keimanan yang rendah ditambah tuntutan kehidupan yang makin sulit dikarenakan biaya hidup yang tinggi. Kondisi ini bisa dengan mudah menjadi pemicu bagi seorang ibu untuk melakukan tindakan kejahatan. Selain dari sisi keimanannya, yang juga menjadi penting untuk diperhatikan yakni kondisi ketahanan keluarganya. Di mana keluarga berperan penting dalam menjaga serta mencegah seorang ibu untuk melakukan tindakan kejahatan. Sudah sepantasnya pihak keluarga menjadi pendukung untuk setiap perempuan dalam menjalankan amanahnya untuk menjadi ibu. Namun ironisnya, di negeri ini yang dengan sistem kapitalismenya, banyak kehidupan keluarga yang masih berada di garis kemiskinan dan akhirnya membuat para kaum ibu terpaksa harus ikut bekerja keras untuk turut menanggung beban hidup keluarganya. 

Selanjutnya dukungan dari lingkungan masyarakat juga sangat dibutuhkan agar tercipta kehidupan bermasyarakat yang saling peduli dan bisa membantu mereka yang berada dalam kesulitan. Namun kenyataannya masyarakat saat ini justru didominasi oleh mereka yang individualis dan tidak peduli satu sama lain. Bahkan keluarga dekat terkadang tidak peka terhadap kondisi seseorang yang menjadi ibu di keluarganya. Selanjutnya pihak negara yang sudah semestinya berperan utama dalam melindungi para kaum ibu. Sebagaimana di dalam sistem kehidupan Islam, negara harus bertanggung jawab untuk memberikan pengajaran serta menanamkan iman yang kuat pada kaum ibu sehingga nantinya berbagai masalah yang mereka hadapi tidak serta merta menjadikan mereka bertindak semaunya hingga bermaksiat kepada pada Allah Swt.. Begitu pun dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, negara harus memberikan gambaran terkait nilai-nilai keluarga yang benar serta menciptakan suasana masyarakat yang saling peduli dan menguatkan satu sama lain. 

Adanya penerapan sistem ekonomi Islam juga akan memberikan bahkan menjamin kesejahteraan untuk tiap kalangan termasuk dalam hal ini ibu dan bayinya. Negara akan mengeluarkan kebijakan sesuai dengan tuntunan syariat hingga dipastikan bahwa setiap dari rakyat akan terpenuhi kebutuhan pokoknya dan dimudahkan dalam memenuhi kebutuhan lainnya. Maka dalam hal ini negara juga bertanggung jawab memberikan santunan bagi keluarga tak tergolong tak mampu serta bagi yang berkebutuhan khusus. Namun, sangat disayangkan di dalam sistem yang masih diterapkan saat ini peran negara sebagai pelindung itu tidak lagi diindahkan oleh penguasa. Negara tidak memfungsikan dirinya sebagai pelindung rakyat. Padahal semua ini menjadi tanggung jawab Negara. Rasulullah saw. Telah bersabda,

الإِÙ…َامُ رَاعٍ Ùˆَ Ù‡ُÙˆَ Ù…َسْؤُÙˆْÙ„ٌ عَÙ†ْ رَعِÙŠَّتِÙ‡ِ

Imam (kepala negara) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus.” (HR Muslim dan Ahmad)

Maka dengan penerapan sistem kehidupan sekuler kapitalisme, naluri kasih sayang kaum ibu hanya akan terenggut dan menyebabkan permasalahan yang tidak berkesudahan. Sudah saatnya beralih ke sistem kehidupan Islam yang dengan penerapan Islam secara Kaffah akan mengoptimalkan peran dan fungsi seorang ibu dalam mencetak generasi terbaik. Wallahu a’lam.