Apakah Pendidikan SMK Dapat Dianggap Sebagai Solusi di Era 4.0?

Daftar Isi

Pendidikan dalam sistem kapitalisme hanya menghasilkan lulusan yang menjadi tenaga kerja atau buruh untuk korporasi kapitalisme global. 


Oleh. Amalia Nurul Viqri
Kontributor Media Siddiq-News 


Siddiq-News.com, OPINI-Seiring dengan perkembangan zaman, dunia teknologi mengalami kemajuan yang pesat. Berbagai sektor kini membutuhkan penerapan teknologi, termasuk dalam dunia kerja. Dengan meningkatnya jumlah industri, didirikanlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan tujuan untuk mempersiapkan siswa agar siap memasuki dunia kerja.

Berdasarkan berita TribunJabar.id (10/9/2024), sebagai bentuk komitmen terhadap peningkatan kualitas pendidikan kejuruan, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk Regional 2 Jabotabek Jabar menyelenggarakan webinar bertajuk “Kiat Sukses Wujudkan SMK Unggul”. Executive Vice President Telkom Regional 2, Edie Kurniawan, menekankan pentingnya kesiapan lulusan SMK dalam menghadapi perubahan yang terjadi di industri, terutama yang dipicu oleh otomatisasi dan digitalisasi.

Tujuan Sistem Kapitalisme Sekuler

Yaitu menciptakan generasi yang hanya fokus pada aspek materi, yang semata-mata mempertimbangkan pasar dan ekonomi. Kurikulum pendidikan saat ini cenderung diarahkan untuk memenuhi tuntutan industri, sehingga pendidikan berupaya menghasilkan individu yang siap terjun ke dunia kerja demi meraih penghasilan. Tanpa mempertimbangkan apakah generasi tersebut telah memiliki pola pikir dan sikap yang sesuai dengan ajaran Islam atau tidak.

Dikutip dari Muslimah News (20/5/2024), menurut pengamat pendidikan dan isu generasi Yusriana, inilah konsekuensi pendidikan vokasi dalam sistem kapitalisme sekuler. “Pendidikan hanya diarahkan untuk penyedia tenaga kerja bagi dunia usaha dan dunia industri, baik terserap atau tidak. Faktanya, lulusan SMK justru menjadi penyumbang pengangguran terbesar di Indonesia dibandingkan dengan lulusan yang lain, yakni 9,6% per Februari 2023,” kritiknya.

Dalam hal ini, menurutnya dunia industri akan menggiring sistem pendidikan agar mau melaksanakan pendidikan dan pelatihan-pelatihan yang menyediakan tenaga kerja siap pakai di dunia usaha dan industri.
“Tentu saja pendidikan vokasi ini akan memberikan keuntungan bagi korporasi dengan mendapatkan insentif super tax deduction (pengurangan pajak-red.). Bagi korporasi, dana yang mereka keluarkan hakikatnya adalah investasi yang pasti sudah diperhitungkan keuntungannya. Sebabnya, tidak mungkin mereka mau bekerja sama jika tidak menguntungkan,” ucapnya.

Mengapa demikian? Karena sistem kapitalisme sekuler, berlandaskan pada prinsip keuntungan, mengharuskan setiap keputusan diambil berdasarkan pertimbangan untung dan rugi. Jika suatu tindakan menguntungkan, maka tindakan tersebut akan dilakukan; sebaliknya, jika merugikan, maka akan dihindari.

Pendidikan dalam sistem kapitalisme hanya menghasilkan lulusan yang menjadi tenaga kerja atau buruh untuk korporasi kapitalisme global. Bukan ilmuwan atau tenaga ahli yang mengabdikan ilmunya untuk kebaikan masyarakat dan menjadi pelopor di berbagai bidang.

Dengan demikian, semua ini bukannya menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang bangkit dan terdepan. Melainkan merupakan bentuk penjajahan gaya baru oleh negara-negara yang mendukung kapitalisme global.

Apa makna kemajuan materi jika tidak didasari oleh ajaran agama yang menanamkan nilai-nilai moral? Yang terjadi adalah munculnya masyarakat yang kaya secara materi, tetapi lemah dalam aspek moral dan kemanusiaan.

Sistem Pendidikan IsIam

Sistem pendidikan dalam Islam berdiri di atas fondasi akidah yang kuat, yaitu keimanan kepada Allah, Sang Pencipta Alam. Prinsip ini menjadi pedoman dalam merumuskan visi dan misi pendidikan, yang bertujuan untuk merealisasikan misi penciptaan manusia, yaitu menjadikan manusia sebagai hamba Allah yang terbaik sekaligus sebagai khalifah di bumi.

Sistem pendidikan Islam bertujuan jelas, yaitu untuk mencetak generasi yang memiliki kepribadian Islam. Sistem ini ingin membentuk cara berpikir dan sikap siswa agar selalu sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Selain itu, siswa diharapkan menjadi orang yang punya banyak kemampuan, agar bisa membantu masyarakat, bukan hanya dilatih untuk jadi pekerja atau pengusaha yang hanya memenuhi kebutuhan industri atau mendukung ekonomi.
Wallahualam bissawab. []