Artis Digandeng Lagi dalam Pilgub Bandung
Capaian tertinggi dari demokrasi adalah mendulang suara sebanyak-banyaknya dari rakyat
Mereka hanya menjual slogan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat
Penulis Betiya
Muslimah Bandung
Siddiq-news.com, OPINI -- Dilansir dari www.detikjabar.com pada Kamis 18/7/2024 di Bandung - Dadang Supriatna dan Ali Syakieb resmi diusung oleh koalisi Bandung Bedas untuk maju di Pilkada 2024.
Pengesahan secara resmi tersebut dilampirkan pada form B1-KWK dari DPP PKB lewat DPW PKB Jawa Barat (Jabar) di kantor DPW PKB Jawa Barat, Rabu (17/7/2024) kemarin. Form tersebut merupakan form yang digunakan bakal pasangan calon (bapaslon) untuk mendaftar di KPU.
Fenomena artis nyaleg bukan hanya sekali ini terjadi, sebab sudah banyak pula artis lain yang diusung maju pada pemilihan kepala daerah (pilkada) sejumlah wilayah di indonesia. Salah satunya Fauzi Ba'adillah yang maju di pemilihan bupati kabupaten Bandung yang namanya cukup dikenal oleh masyarakat sehingga kemungkinan masyarakat akan banyak bersimpati untuk mendulang banyak suara.
Mereka Butuh Kuantitas bukan Kualitas
Artis tanah air yang maju ke pesta pemilihan salah satu tujuannya adalah meraih suara rakyat sebanyak-banyaknya meski tidak dimungkiri mereka ada yang memiliki kemampuan berpolitik tetapi adapula yang tidak. Akan tetapi mereka tidak bisa memberi perubahan untuk kepentingan rakyat dan negara tujuannya hanya untuk memenuhi kepentingan pribadi atau segelintir orang yang mengusungnya.
Ketika kebijakan yang mereka buat itu menyengsarakan rakyat banyak dari mereka berada dalam barisan menjadi pelaku pembuat kebijakan, ada yang memberikan dukungan tetapi adapula yang diam membisu terhadap kebijakan zalim tersebut. Demokrasi memang seperti ini kenyataannya. Tidak ada kemaslahatan di dalamnya. Apapun dapat dilakukan asal sesuai keinginan, yakni memperoleh suara terbanyak. Bagi artis yang terjun dalam pemilihan, mereka hanya akan dijadikan boneka semata yang akan dimainkan oleh tuannya.
Pemimpin dalam Demokrasi
Kekuasaan adalah tujuan utama dalam demokrasi sehingga istilah menghalalkan segala cara adalah pribahasa yang tepat untuknya. Capaian tertinggi dari demokrasi adalah mendulang suara sebanyak-banyaknya dari rakyat. Mereka hanya menjual slogan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat tetapi nyatanya pada saat mereka membuat kebijakan tidak ada yang berpihak kepada rakyat. Contohnya, kenaikan pajak, UU omnibuslaw, pencabutan subsidi dan lain sebagainya.
Tidak ada syarat khusus yang ditetapkan untuk nyaleg menjadi wakil rakyat, tidak perlu memiliki keahlian atau pendidikan khusus. Cukup punya modal materi yang cukup, dukungan dari petinggi yang kuat dan dikenal masyarakat luas dengan ketenarannya sebagai bintang, dari modal itu semua mereka sudah bisa menjadi anggota partai politik. Partai politik dalam demokrasipun bukan bertujuan untuk kemaslahatan rakyat tetapi tujuan mereka sama yaitu hanya untuk memenuhi tujuan dan kepentingan partai politiknya. Untuk menjadi anggota partai politik tidak ada kualifikasi tertentu yang harus mereka penuhi. Partai politik dalam demokrasi tidak untuk menjadi pengawas dan penasehat wakil rakyat akan tetapi mereka mendukung dan menjadi pemeran utama dalam pembuat kebijakan yang menyengsarakan rakyat.
Itulah bobroknya demokrasi, karena sistem ini berasal dari kapitalisme (paham ekonomi yang berasal dari pemilik modal segelintir orang) yang pembuatan aturannya berasal dari manusia. Kebanyakan tidak memahami kebutuhan rakyat dan tidak mau mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh rakyat, tidak tahu permasalahan yang sedang terjadi mereka hanya mengambil keuntungan sebab modal yang ia keluarkan tidaklah sedikit, mereka membuat kebijakan sesuai kepentingannya.
Pemimpin dalam Islam
Berbeda dengan Islam, sebab Islam bukan hanya sekedar agama ritual tetapi aturannya dapat mengikat manusia baik dari ujung rambut hingga ujung kaki. Aturan Islam tidak hanya sekadar mengatur hubungannya dengan dirinya sendiri tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan mengatur hubungannya dengan Allah Swt.. Islam memandang politik bukan hanya masalah kekuasaan, melainkan soal mengurusi urusan umat.
Ada kriteria khusus untuk Pemimpin dalam Islam di antaranya harus memiliki sifat siddiq (benar) diantaranya jujur, amanah (dapat dipercaya) di antaranya ia tidak menyalahgunakan kekuasaannya, tabligh (menyampaikan) dan fatonah (cerdas) tidak boleh sekadar fokus pada suara. Dalam Islam, pemimpin bukan hanya sekedar di kenal khalayak, tetapi memiliki kredibilitas (Qudwah Hasanah) dalam menjalankan amanat kepemimpinan dan memiliki kemampuan dalam mengurusi urusan rakyatnya semata karena keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt..
Wallahualam bissawab. []