Miris, Kejutan Berujung Maut
Seringkali perbuatan yang dilakukan hanya didasari hawa nafsu dan jauh dari amal yang bermanfaat
Padahal baik buruknya perbuatan sangat berkaitan dengan keimanan seorang muslim
Penulis Elsa Nurraeni
Pegiat Literasi
Siddiq-news.com, OPINI -- Merayakan ulang tahun dengan memberi kejutan menjadi tren bagi remaja. Hal ini bisa jadi merupakan bentuk eksistensi diri remaja sat ini. Seorang siswa asal Klaten menjadi korban maut di saat hari ulang tahunnya, awalnya korban diberi tepung lalu ramai-ramai diceburkan ke kolam taman sekolah sedalam 1,75 meter. Saat itu korban yang diduga tidak bisa berenang memegang paralon di atas kolam yang ternyata ada kabel listrik maka korban tersengat listrik lalu meninggal dunia. (KOMPAS.TV, 11/07/2024)
Pihak Kepala Sekolah SMAN 1 Cawas, Arik Sulistyorini, mengatakan kejadian yang menimpa siswanya itu di luar kuasa sekolah. Akibat kejadian ini, Arik mengatakan harus ada pembenahan total. Setelah garis polisi diambil, maka harus ada perbaikan kolam. Jaringan listrik dibenahi berkoordinasi dengan PLN. Pagar pengamanan kolam lebih diperketat, lalu akan ada rambu-rambu yang tertulis di dekat kolam. Pihak sekolah pun menerima dengan senang hati apabila ada saran dan masukan dan berharap semoga kejadian ini tidak terulang lagi di mana pun di seluruh Indonesia. Ulang tahun seharusnya dimaknai dengan berdoa, mendekatkan diri ke yang kuasa untuk ke depan instropeksi diri, apa yang akan diraih ke depan. (Solopos, 10/7/2024)
Sungguh miris, kejadian tragis ini di luar nalar. Niat awal hanya sekadar bercanda dan mendapatkan kesenangan tetapi akibatnya malah fatal. Mereka meremehkan adanya resiko yang harus dipertanggungjawabkan atas setiap perbuatan. Seringkali perbuatan yang dilakukan hanya didasari hawa nafsu dan jauh dari amal yang bermanfaat. Padahal baik buruknya perbuatan sangat berkaitan dengan keimanan seorang muslim. Mengapa semua ini bisa terjadi pada kaum remaja muda kita?
Sejatinya pola pendidikan sekuler kapitalis menjadi faktor penyebab kejadian seperti ini, sistem ini menjamin adanya kebebasan bertingkah laku sehingga setiap orang bebas melakukan apapun yang dia mau, padahal agama melarang melakukan perbuatan dharar/membahayakan. Seperti sabda Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Majah, dan selainnya dari Ibnu Abbas rahimahullah, di mana Nabi ﷺ bersabda :
لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَار
“Tidak boleh memadharati diri sendiri dan orang lain.” (HR Ibnu Majah no. 2341, Thabrani dalam Al Kabir no. 11806, dan dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani –rahimahullah– dalam Shahih Al Jami’ no. 7517) [3]
Ditambah gaya hidup hedonisme (Hura-hura) pun menjadi tren kalangan muda, yang menjauhkan mereka dari berupaya secara sungguh-sungguh mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat.
Hal ini berbeda dengan Islam, usia baligh merupakan hal yang sangat menentukan bagaimana seseorang bisa mempertanggung jawabkan segala amal perbuatan yang dilakukan. Sistem pendidikan yang diajarkannya pun adalah sistem yang berlandaskan kaidah berpikir yang benar yakni sesuai aqidah Islam. Hingga setiap proses berpikirnya akan mendalam bahkan cemerlang. Mereka akan fokus berusaha melakukan aktifitas yang Allah Swt. ridai dengan tujuan membentuk generasi berkepribadian Islam.
Dalam Islam memaknai hari lahir cukup dengan berdoa mensyukuri setiap nikmat yang diberikan oleh Allah Swt. dan mendekatkan diri kepada-Nya sebagai wujud muhasabah diri, tak perlu dirayakan apalagi dengan tren kejutan berbahaya. Maka harapannya, remaja muslim tidak akan terpengaruh dengan gaya hidup liberal yang saat ini sudah masuk ke segala aspek kehidupan ketika mereka sudah memiliki dasar akidah Islam yang kuat. Segala potensi muda mereka diarahkan hanya untuk memberikan manfaat bagi kehidupan. Sehingga, Islam berhasil mewujudkan kepribadian remaja muslim yang berjiwa pemimpin dan mulia, juga kejadian memilukan seperti ini tak akan dilakukan oleh remaja muslim sejati. Wallahualam bissawab. []