Menyoal Sampah Makanan di Tengah Kemiskinan dan Kelaparan

Daftar Isi

Makin banyak makanan yang dibuang akan membusuk, kemudian melepaskan gas-gas yang penyebab pemanasan global

Sungguh tak disangka dengan sisa-sisa makanan menjadikan bumi makin panas


Penulis Sri Yana, S.Pd.I.

Pemerhati Masyarakat


Siddiq-news.com, OPINI -- "Sesungguhnya orang-orang yang berlebihan atau melakukan pemborosan adalah saudara setan. Dan setan adalah sangat ingkar kepada Allah." (TQS Al-Isra: 27)

Berlebihan atau boros mengakibatkan menumpuknya sampah, terutama sampah makanan. Menunjukkan bahwa masyarakat kurang hemat dan cermat mengosumsinya sehingga banyak makanan yang terbuang.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengungkapkan bahwa  jumlah kerugian negara akibat susut dan sisa makanan sekitar Rp213 triliun-Rp551 triliun per tahun. Sehingga menimbulkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang jumlahnya mencapai 1.072,9 metrik ton (MT) CO2-ek. (tirto.id, 3/7/2024).

Angka kerugian yang jumlahnya triliunan akibat seringnya membuang makanan sisa, berarti bahwa masyarakat kurang merencanakan dengan baik berapa kebutuhannya dan membiasakan agar menghabiskan makanan dengan bersih tanpa ada sisa sedikit pun.

Nabi Muhammas saw. merupakan teladan terbaik bagi umat manusia. Dalam menjalani hidupnya, beliau sangat sederhana. Suatu ketika Baginda Nabi saw. datang bergilir kepada Aisyah. Beliau melihat sepotong pecahan kue, lalu beliau mengambilnya, mengusapnya, dan memakannya. Kemudian beliau bersabda, ''Berlaku baiklah kalian kepada serpihan nikmat-nikmat Allah. Jangan kalian menyia-nyiakannya. Jika ia hampir hilang dari suatu kaum, ia kembali kepada mereka.'' (HR Al Baihaqi dari Anas bin Malik)

Hadis tersebut menjelaskan bahwa tidak boleh menyia-menyiakan makanan. Sebab, terkadang pembiasaan yang buruk menyisakan makanan menjadi hal yang sulit dihilangkan. Hal tersebut bahkan dapat diturunkan dari orang tua kepada anak-anaknya.

Konsumerisme berlebihan yang lahir dari sistem kapitalisme juga membuat generasi ini abai dan acuh dengan hal-hal yang dianggap sepele. Padahal Islam telah mengajarkan aturan Islam yang lengkap tak terlewat sedikit pun, mulai dari bangun tidur sampai bangun negara.

Sungguh, Islam sangat menghargai barang sedikit pun makanan yang tersisa. Apabila terjadi membuang-membuang makanan akan dihisab oleh Allah. Sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur'an yang intinya, "Allah akan meminta pertanggung jawaban walaupun sebiji zarah pun. Melihat balasan bagi yang berbuat baik dan melihat balasan bagi yang berbuat buruk." (TQS Al-Zalzalah: 7-8)

Begitu indahnya Islam andai diterapkan. Manusia bersungguh-sungguh menjadi pemimpin yang bertanggung jawab terhadap kehidupan di bumi. Sehingga tugas manusia yang baik adalah menjalankan amanah sebagai makhluk ciptaan Allah.

Sebab, sejatinya manusia dari awal penciptaannya dari awal penciptaannya sudah memikul berat. Sehingga saat Allah Swt. bertanya, "Siapa yang mau menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi?" Maka manusialah yang siap menerima amanah tersebut. Hewan, alam semesta berupa gunung, lautan, matahari semua enggan menerima amanahnya.

Dari amanah tersebutlah, berarti Allah Swt. memuliakan manusia agar menjalankan sebaik mungkin tugasnya di bumi. Namun, mengapa manusia terkadang lalai dalam menjalankan amanah Allah Swt. dan malah menjadi perusak. "Ingatlah, sesungguhnya manusia yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari." (TQS Al Baqarah: 12)

Faktanya, membuang-buang makanan sehingga tak sadar merusak bumi. Dengan mengatakan bahwa hanya sedikit, sudah kenyang, dan akhirnya terbuang. Ketika membuang sedikit, dan dilakukan setiap hari tentu akan menjadi banyak. Fenomena membuang makanan akan berefek besar pada emisi gas rumah kaca. Tahukah apa itu emisi gas rumah kaca?

Gas rumah kaca adalah gas-gas yang berada di atmosfer yang menyebabkan pemanasan global. Macam-macam gas yang menyebabkan efek rumah kaca adalah uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan dinitrogen monoksida (N2O). Oleh karena itu, sisa-sisa makanan tersebut menyumbang 8% pemanasan global, karena sebagian besar emisi gasnya dari gas metana yang berpotensi 25 kali lebih tinggi dari CO2. 

Makin banyak makanan yang dibuang akan membusuk, kemudian melepaskan gas-gas yang penyebab pemanasan global. Sungguh tak disangka dengan sisa-sisa makanan menjadikan bumi makin panas.

Andai semua manusia tahu bahwa sepertiga makanan yang dibuat yang seharusnya dikonsumsi di dunia dibuang sebagai sampah yang dihitung jumlahnya sekitar 1,3 milyar ton per tahun. Makanya bumi ini akan makin panas. 

Kondisi tersebut sangat kontras dengan kondisi 795 juta manusia di belahan dunia lainnya yang mengalami kemiskinan dan kelaparan. Jika dihitung total sampah tersebut dapat untuk memberi makan 2 milyar orang dengan pengelolaan yang benar dan tepat, serta tidak menghambur-hamburkan makanan. Aksi ini pun dapat dilakukan mulai dari diri sendiri dengan membuat daftar makanan sesuai kebutuhan yang perlu dikonsumsi dan menghabiskan makanan agar tidak ada sisa makanan. 

Sejatinya, Islam sudah mengatur agar menjauhi sifat-sifat boros. Sebab, boros adalah sifatnya setan. Semua itu dapat diawali dengan ketakwaan kepada Allah Swt sehingga manusia menerapkan perintah dan aturan Allah Swt terkait larangan membuang-buang makanan. Manusia yang taat niscaya akan mematuhi aturan dari Sang Pencipta. Takut akan dosa yang dilakukan.

Selain itu, diperlukan institusi negara yang akan menjaga penerapan hukum syarak. Penerapan Islam dalam institusi negara niscaya melahirkan aturan yang sahih dalam tata kelola dan konsumsi makanan di tengah masyarakat. Sehingga tidak menghasilkan gunungan sampah yang merusak lingkungan dan menimbulkan bibit penyakit yang membawa petaka. Wallahualam bissawab. []