Indonesia Butuh Pemimpin dan Sistem Kepemimpinan yang Benar
Arah politik dalam sistem demokrasi kapitalis hanya menghasilkan pemimpin yang lebih mengabdi pada kepentingan oligarki
Ini merupakan cacat bawaan dalam sistem demokrasi
Oleh Lafifah
Aktivis Muslimah
Siddiq-news.com, OPINI -- "Bukanlah raja tanpa singgasana, hancurlah kehidupan tanpa aturan." Kalimat indah yang sarat dengan makna melukiskan sebuah tatanan kehidupan yang saling berhubungan.
Pilpres, Pilgub, pilkada, dan lain sebagainya sudah berpuluh kali dilakukan di negeri ini, tetapi belum menjadikan negeri ini lebih baik, justru makin banyak persoalan yang dihadapi. Semua bermuara pada anggapan bahwa negeri ini hanya membutuhkan sosok pemimpin yang baik. Tanpa menyertakan adanya sistem aturan yang benar. Serta minimnya pengetahuan politik di tengah-tengah masyarakat, menganggap bahwa pemimpin yang baik hanya dilihat dari sosok individunya saja, seperti memiliki kriteria sederhana, berperilaku baik semasa hidupnya dan lain-lain.
Seperti yang diungkapkan H. Basri, warga Kabupaten Bandung yang memiliki pandangan terhadap kriteria sosok seorang pemimpin yang layak untuk memimpin negeri ini, ketika beliau ditemui di Soreang, Sabtu (19/7/2024). "Bupati Bandung Dr.HM. Dadang Supriatna, S.Ip., M.Si, adalah sosok sederhana dan merakyat. Dadang Supriatna ini segudang pengalaman. Mulai dari pengalaman menjadi Kepala Desa Tegal Luar, organisasi kemasyarakatan, sampai anggota DPRD hingga puncak kepemimpinan di Kabupaten Bandung." Dikutip dari REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG.
Memang benar kita semua membutuhkan pemimpin yang baik, tetapi dari pengalaman yang ada, arah politik dalam sistem demokrasi kapitalis yang hanya fokus pada pemimpin akhirnya hanya menghasilkan pemimpin yang lebih mengabdi pada kepentingan para pemodal, atau yang disebut sebagai oligarki. Ini merupakan cacat bawaan dalam sistem demokrasi. Politik yang demikian ujung-ujungnya hanya melahirkan pemimpin yang melayani kepentingan oligarki, bukan melayani kepentingan rakyat. Sistem demokrasi-kapitalisme yang saat ini diterapkan dengan berlandaskan pemisahan agama dari kehidupan meniscayakan hal itu terjadi, karena dalam sistem kapitalis kebebasan individu adalah hal yang sangat diagungkan. Maka darinya lahir kebebasan berperilaku, kebebasan berakidah, kebebasan kepemilikan, dan kebebasan berekonomi.
Maka Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim membutuhkan politik kepemimpinan yang benar. Hal ini hanya ada dalam sistem Islam. Politik dalam Islam ada dua yang tidak bisa dipisahkan: Pertama, mewujudkan pemimpin yang baik. Kedua, mewujudkan sistem kehidupan yang baik. Yang dimaksud pemimpin yang baik adalah Khalifah, atau imam, yaitu pemimpin tertinggi dalam negara Islam. Adapun sistem kehidupan yang baik adalah segala peraturan hidup berupa syariat Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan tanpa kecuali, seperti sistem pemerintahan, sistem ekonomi, sistem pendidikan, sistem pergaulan, sistem politik luar negeri, dan sebagainya. Sistem kehidupan Islam ini tidak mungkin ada, kecuali dalam negara khilafah.
Keharusan mempunyai pemimpin yang baik didasarkan pada dalil-dalil syarak yang mewajibkan umat Islam untuk mempunyai seorang pemimpin. Rasulullah Saw bersabda, "Tidak halal bagi tiga orang yang berada di suatu tempat di muka bumi, kecuali mereka harus memilih salah seorang dari tiga orang itu untuk menjadi pemimpinnya." (HR Ahmad)
Syarat pemimpin yang baik ada tujuh yaitu, muslim, laki-laki, berakal, baligh (dewasa), merdeka (bukan budak), adil (bukan fasik), dan mampu. Maka ketika tidak memenuhi salah satu syarat yang tujuh tersebut, misalnya fasik dalam arti muslim yang tidak taat, seperti tidak solat 5 waktu, suka minum khamr, terlibat transaksi riba, maka tidak layak menjadi pemimpin bagi umat Islam.
Adapun sistem kehidupan haruslah lahir dari Islam yang merupakan agama yang sempurna, yang mengatur segala aspek kehidupan tak hanya mengatur ibadah. Allah Swt. berfirman (yang artinya):
"Telah kami turunkan Al-kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) untuk menjelaskan segala sesuatu." (TQS An-Nahl(16): 89)
Wallahualam bissawab. []